SAY IT, SHOW IT, OR YOU WILL LOSE IT |
Angin bertiup dengan kencang, ombak berlarian menerjang karang. Sarah duduk menikmati indahnya sunrise di Tanah Lot Bali. Ini hari pertamanya tiba di Bali, bersama Rombongan SMA B dalam acara tour pelepasan siswa kelas XII SMA B Tahun 2011-2012. Tapi, sebenarnya pikirannya sedang tidak berada ditempat itu, sesekali ia menoleh kearah kerumunan beberapa siswa, sebenarnya ia sedang mencari seseorang, dia juga berharap orang itu akan menghampirinya atau sekedar menyapanya. Sarah melihat sekeliling, ia tak benar-benar sendiri tapi, Sarah merasa sangat kesepian, ia berjalan lagi kearah bebatuan karang dan memasang headset ditelinganya, saat itulah matanya terpaku pada sosok yang ia cari. Riyan, dia sedang asyik berjalan dengan beberapa orang teman, dan sesekali berfoto dengan mereka, tiba-tiba terlintas dipikiran Sarah, ‘seandainya aku bisa berada disana, didekatmu, dan berfoto denganmu’ tapi pikiran itu membuyar, karena tiba-tiba seorang teman menarik tangan Sarah dan membawanya dalam kerumunan. ‘Sarah yang bodoh’ pikirnya dalam hati, ‘ini harusnya jadi akhir tahun yang menyenangkan, jadi nikmatilah dan berhenti memikirkan dia’ dan Sarah memutuskan untuk kembali bersama teman-temannya.
Sirine tanda berakhirnya kunjungan di pantai tanah lot sudah dibunyikan, seluruh peserta Bali Tour SMA B berjalan menuju salah satu restoran di sunsetroad untuk menikmati hidangan. Saat itulah, Sarah berpapasan dengan Riyan, tapi Riyan hanya menatapnya dingin.
Sebelumnya, Riyan dan Sarah memang sedang ada sedikit masalah, dan Riyan sendiripun tidak pernah mengetahui kenapa Sarah bisa membuatnya kesal dengan hal yang sepele seperti itu. Sarah berfikir, dia memang keterlaluan, tapi apa alasan Riyan marah, Sarah hanya keluar bersama Odi teman sekelasnya untuk membeli beberapa cemilan, tapi Riyan langsung marah saat kebetulan mereka bertemu di supermarket. Riyan bertingkah seperti orang yang sedang cemburu saja, padahal mereka tidak pacaran. Ingin rasanya Sarah menanyakan alasannya, tapi Sarah terlalu takut kalau jawabannya akan menyakitinya. Rian dan Sarah memang dekat sejak kelas dua, mereka tergaung dalam salah satu organisasi sekolah dan kenyataan itu membuat hubungan mereka semakin dekat.
“hey, apa kau yakin kau hanya makan segitu?” tanya Odi tiba-tiba.
“eh, iya aku sedang tidak lapar”
“kau harus tambah nasinya, perjalanannya akan sangat jauh dan melelahkan” tutur Odi. Riyan menyaksikannya, dan entah kenapa Riyan merasa sangat kesal.
Kunjungan berikutnya ke wisata pantai Nusa Dua untuk menikmati berbagai macam olahraga air dan menikmati keindahan di pulau penyu, rombangan juga mengunjungi pusat oleh-oleh Khrisna dan Joger untuk membeli oleh-oleh(tentusaja) atau sekedar melihat-lihat. Kunjungan hari ini ditutup dengan melihat sunset di pantai kuta sebelum kemudian rombongan makan malam dan melakukan cek in di hotel.
“eh, sms melulu, kamar mandi udah kosong tuh” kata Fitri.
“Setelah ini mau ngapain, sayang bangetkan kalo kita tidur gitu aja, ini baru jam 9malam” celoteh Sesil.
“iya jarang-jarangkan kita kesini”
“jalan-jalan saja yuk?” tawar Vina. “ajak anak-anak yang lain juga biar rame”
“kalian mau jalan-jalan?” tanya Sarah yang baru saja selesai mandi dan berganti pakaian. Fitri, Vina, dan Sesil hanya menjawab dengan anggukan.
Keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan untuk melihat kesenian tari barong dan pasar seni sukowati. Waktu terasa begitu cepat, dan Sarah merasa ia pasti akan menyesal telah melewatkan semua ini. Ia pasti akan merindukan teman-temannya setelah perpisahan ini, kenapa ia tak nikmati saja? Dan kenapa bayangan marah Riyan terus saja membesit dalam pikirannya.
“kau mau kemana? Kita belanja bareng yuk? Aku tidak pandai menawar” Odi, menghampiri Sarah yang baru turun dari bus, dan langsung berceloteh sambil sesekali terkekeh.
“baiklah” Sarah mengiyakan.
Untuk kesekian kalinya mereka berpapasan, tapi ekspresi Riyan ke aku juga berubah, Sarah memutuskan untuk tersenyum kearahnya.
‘hai’ sapanya dalam hati.
Sebelum kembali ke kota asal peserta tour menyempatkan diri untuk berkunjung ke Danau Bedugul sebagai kunjungan terakhir sekaligus penutupan tour SMA B tahun 2011-2012, dan sejak dari awal sampai tour berakhir Odi terus saja menemani Sarah. Sebenarnya Sarah merasa risih dengan sikap Odi yang terkadang sok melindung, dengan menyuruh Sarah untuk tidak jalan disisi jalan raya, atau menyuruhnya berhati-hati karena karang itu licin, tapi bagaimanapun odi adalah temannya yang sangat baik dan perhatian.
Sarah berjalan kepinggiran danau melihat kabut yang cukup tebal sore itu, dia hanya berjalan melamun dipinggiran danau. Sampai Odi menariknya.
“berhati-hatilah kau bisa terjebur kedanau, airnya sangat dingin, anginnya juga kencang” tutur Odi.
“ehemb”
“Sarah, ada yang ingin kukatakan”
“katakan saja” Odi meraih tangan Sarah.
“Sarah aku menyukaimu” kata Odi tiba-tiba
“apa?”
“kau..tidak akan membuatku mengulanginya lagikan? Ayolah aku sangat malu”
“tapi kata-katamu tidak jelas” kata Sarah, masih tidak yakin dengan apa yang didengarnya.
“aku menyukaimu Sarah, maukah kau pacaran denganku?” kali ini Odi mengucapkannya dengan perlahan dan jelas.
Sarah masih terdiam, bermain dengan pikirannya, sementara Odi mematung menunggu jawaban. Tak berapa lama, seseorang menarik tangan Sarah dengan kuat, dan Sarah tersentak dari lamunannya.
“hentikan, apa yang kau lakukan?” kata Sarah menarik tangannya. “Riyan?”
Riyan melihat kearah Odi, yang masih mematung dan sama kagetnya dengan Sarah, lalu ia kembali menatap Sarah dengan raut wajah bertanya-tanya.
“ja..ja..jawaban apa yang akan kau berikan?” tanya Riyan canggung.
Sarah terdiam sejenak, sebenarnya ia sudah memutuskan untuk memberikan jawaban apa kepada Odi, tapi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk sedikit mempermainkan Riyan.
“memangnya ada urusannya dengan mu?”
“tentu saja a..”
“Sarah kau tidak apa-apa?” saat itu Odi datang, dan hampir semua orang yang ada disana, yang sebagian besar adalah siswa SMA B melihat kearah mereka.
Sarah menggeleng ke arah Odi, ‘astaga aku jadi tontonan’ batin Sarah.
Riyan menarik napas dalam-dalam dan berkata. “Dengar Sarah, kau tidak boleh menerimanya, kau tidak boleh pacaran dengan siapapun kecuali aku, karena aku menyukaimu ” Riyan mengucapkannya dengan cepat, membuat Sarah sulit mengikutinya.
‘ada dua cowok sinting menyatakan cinta dikeramaian kepadaku’ batin Sarah. ‘ya Tuhan ini gila’.
“maksutmu?”
“katakan tidak padanya, bilang kalau kau tidak mau jadi pacarnya” ucap Riyan.
“hey!! Kau tak bisa memaksanya” Odi mulai emosi.
“HEY KALIAN, AYO KEMBALI BUSNYA AKAN SEGERA BERANGKAT” teriak seorang guru membuyarkan kerumunan. Sebelum Sarah memberikan jawabannya, Sarah pergi meninggalkan dua orang bodoh yang masih berdiri mematung menunggu jawaban darinya.
Di bus, Sarah menjelaskan pada Odi, bahwa ada orang lain yang dia suka jadi Sarah mengajaknya berteman baik saja, odi menerimanya tapi tetap saja Sarah sudah mematahkan hatinya. Jadi sepanjang sisa perjalanan odi menghabiskan waktu dibangku belakang untuk menghibur dirinya.
Sampai di pelabuhan gilimanuk, Sarah kambali berpapasan dengan Riyan yang baru turun dari busnya, Sarah tersenyum sinis dan pura-pura tidak tahu Riyan sedang berjalan (hampir berlari) mengejarnya.
“katakan padaku apa jawaban apa yang kau berikan padanya”
“hah? Oh Riyan” Sarah pura-pura baru menyadari Riyan berjalan disampingnya.
“berhentilah bersikap bodoh dan jawab pertanyaanku”
“baiklah, aku bilang padanya, ‘sebaiknya kita berteman saja’ apa kau puas sekarang?” kata Sarah, terdengar Riyan menghembuskan napas lega. “sepertinya kau senang”
“biasa saja” kata Riyan. “baiklah, dengarkan aku” Sarah menghentikan langkahnya dan menatap Riyan.
“apa?” Sarah berharap, Riyan akan menyatakan perasaannya dengan benar kali ini.
“mulai sekarang, kau tidak boleh menyukai orang lain dan menjadi pacar orang lain” terang Riyan. “mengerti?”
“ha? Apa maksutnya itu?” Riyan berbalik dan kembali berjalan meninggalkan Sarah yang masih bertanya-tanya. “hey, tunggu jelaskan padaku” Sarah berteriak tapi Riyan mengabaikannya.
“jangan berteriak seperti orang gila begitu” sahut Riyan sambil melambaikan tangan tanpa menoleh sedikitpun kearah Sarah.
“dasar menyebalkan!”
Maha karya :