DUH, wanita. Bahkan terhadap kejadian baik pun, bawaannya curiga.
Ketika pasangan tiba-tiba memperlakukan dengan begitu indahnya,
tiba-tiba pula perasaan galau. Takut kecele, kata mereka.
"Jangan mengingkari kepribadian asli pasangan"
“Kenyataannya
banyak yang tertipu dengan sikap pasangan yang baik, lebih dari
biasanya. Entah apakah sebelumnya biasa saja, lalu sekarang jadi luar
biasa. Atau sebelumnya baik, kemudian ada ‘masalah’, kemudian dengan
dalih meminta maaf dan janji akan berubah, maka menjadi luar biasa baik.
Bentuk perilaku yang muncul beragam. Namun, tetap bernuansa kebaikan.
Antara lain lebih perhatian, lebih peduli, lebih tidak suka marah,
sering memberi -- terlepas besar atau pun kecil, lebih romantis, dan
lain-lain.
Kalau sikap dan perilaku baik itu muncul dari hati, dengan niat yang
memang baik, tentu tidak akan ada masalah. “Yang sangat disayangkan,
jika sikap dan perilaku yang lebih dari biasanya ini adalah gejala
‘there's something wrong (will) happen between us’,” Begitulah.
“Kepribadian, pada dasarnya adalah perilaku yang cenderung menetap --
tidak tergantung pada apa yang melatarbelakangi dan apa yang akan
terjadi. Tapi, bagi kita yang cukup mengenal pasangan, tentu idealnya
mengetahui, mana saja yang merupakan pribadinya. Apakah cenderung baik
(positif), biasa saja (netral), atau justru cenderung tidak baik
(negatif),” Memang harusnya gitu
.
Mereka yang alhasil kecele, kurang-lebih karena sering mengingkari
kenyataan. Sebetulnya tahu pribadi pasangan seperti apa, tapi membiarkan
diri terkecoh dengan sikap dan perilaku pasangan yang sebetulnya bukan
pribadi aslinya. Terutama jika perubahan sikap dan perilaku pasangan ke
arah yang lebih baik, tentu siapa pun berusaha berpikir positif.
Padahal, ya itu, kepribadian (sifat dasar) tidak mudah berubah.
Diharapkan ada kewaspadaan yang cukup tinggi (tanpa terkesan terlalu
curiga atau berpikir negatif) ketika tiba-tiba pasangan berubah baik
atau lebih baik dari biasanya. Sehingga kita bisa menduga dengan tepat,
apa yang sebenarnya terjadi,” Ya, siapa tahu pasangan
sungguh mendapat hidayah dan berusaha menjadi yang terbaik untuk kita?
Agar berpikiran jernih terhadap pasangan:
1.
Kondisi emosi, baik positif (sayang, cinta, harapan, dan lain-lain)
maupun negatif (sedih, takut, marah, malu, kecewa, khawatir, dan
lain-lain), membuat orang mudah terkecoh dengan niat perubahan sikap dan
perilaku orang lain, terutama pasangan. Diri yang dikuasai emosi
biasanya mengabaikan logika dan realitas. Sehingga kurang objektif dalam
memandang suatu kejadian.
2. Terlebih jika yang mendominasi
adalah emosi negatif. Seseorang akan sulit merasa dan peka. Bukan saja
terkecoh dengan adanya perubahan mendadak pasangan, bahkan mungkin tidak
sadar bahwa pasangan telah berubah.
3. Membebaskan emosi yang
menguasai diri sangat penting. Agar Anda peka terhadap situasi yang
telah dan yang akan terjadi. Misalnya, ketika Anda mendapati pasangan
selingkuh, kemudian Anda mempertanyakan kepada pasangan, sangat mungkin
ada permintaan maaf dan janji untuk tidak mengulangi. Bukan dengan niat
baik, melainkan hanya untuk mendapatkan kepercayaan Anda lagi sehingga
“memuluskan jalannya”. Berpeganglah pada fakta, dia sudah selingkuh.
Jangan
pernah mencintai, membenci, atau bahkan percaya kepada orang lain
secara 100 persen. Itu kuncinya. Karena manusia tempatnya salah dan
lupa. Jadi selalu siapkan celah di hati Anda untuk mencintai yang Anda
benci, untuk membenci yang Anda cintai, untuk kecewa pada apa yang Anda
harapkan.