stack
[Close]

Jumat, 23 Desember 2011

Pelayan yang menemukan kebahagiaan

Suatu hari ada orang tua berjalan perlahan-lahan menuju ke sebuah restoran. Dengan kepala miring dan bahu bungkuk, ia mempercayakan tiap langkahnya pada tongkat berwarna coklat tua yang telah dimilikinya selama 20 tahun terakhir.

Dengan jaket compang-camping, celana ditambal, sepatu usang, dan kepribadian yang hangat membuatnya menonjol dari kerumunan orang yang sarapan pagi pada hari Sabtu ini. Yang tak dapat dilupakan adalah mata pucat biru yang bersinar seperti berlian, pipi kemerahan yang besar, dan bibir tipis yang selalu menyunggingkan sebuah senyum.
Dia berhenti, berbalik dengan seluruh tubuhnya, dan mengedipkan mata pada seorang gadis kecil duduk di dekat pintu. Gadis kecil itu membalas dengan senyuman lebar tepat ke arahnya. Seorang pelayan muda bernama Maria melihat sang kakek jalan perlahan menuju meja dekat jendela. Maria berlari ke arahnya, dan berkata, “Ini, Pak. Biarkan saya membantu Anda menarik kursi ini.”
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia tersenyum dan mengangguk terima kasih. Maria menarik kursi menjauh dari meja. Dengan satu tangan, ia membantu sang Kakek berjalan mendekati kursi dan membantunya agar dapat duduk nyaman. Lalu ia menarik meja didepannya agar dapat lebih dekat dengan sang kakek dan menyandarkan tongkatnya ke meja tersebut di mana kakek bisa mencapainya.

Dengan suara lembut, jelas dia berkata, “Terima kasih, Nona. Semoga Tuhan membalas kebaikan Anda karena telah membantu saya.”

“Sama sama, Pak.” Maria menjawab. “Dan nama saya Maria, saya akan kembali dalam sekejap. Dan jika Anda membutuhkan sesuatu lambaikan tangan Anda ke arah saya. Maka saya akan segera datang”

Setelah dia selesai menyantap pancake yang lezat dengan daging asap dan teh lemon panas, Maria kembali dengan membawa kembalian untuk si kakek. Maria membantu sang kakek agar dapat berdiri dari kursinya, dan keluar dari balik meja. Dia menyerahkan tongkatnya, dan berjalan bersamanya ke pintu depan. 

Menahan pintu agar tetap terbuka sampai si kakek keluar dari restoran. Dengan tersenyum Maria, “Hati-hati dijalan kek.. Kembalilah ke sini jika Anda ingin sarapan lagi!”

Sang Kakek berpaling dengan seluruh tubuhnya, tersenyum, mengedipkan mata, dan mengangguk terima kasih. “Anda sangat baik.” katanya lembut.

Ketika Maria pergi untuk membersihkan mejanya, ia hampir pingsan. Di bawah piringnya ia menemukan kartu nama dan catatan yang ditulis diatas serbet. Di bawah serbet itu adalah uang seratus dolar.

Catatan pada serbet terbaca sebagai berikut…

“Dear Maria, saya sangat menghormati Anda, dan Anda juga sangat menghormati diri sendiri. Hal Ini ditunjukkan dengan cara Anda memperlakukan orang lain. Anda telah menemukan rahasia kebahagiaan. Perhatian Anda dapat menerangi siapapun yang Anda temui.”

Ternyata Kakek tersebut adalah pemilik restoran tempat dia bekerja. Ini adalah pertama kalinya bahwa dia, atau karyawan lainnya dapat melihatnya secara langsung.