Putus cinta memang menyakitkan dan tidak sedikit orang yang kisah
cintanya berakhir dengan sangat mengesalkan. Oleh karena itu, banyak
juga orang yang jadi menyimpan dendam sama mantannya dan dalam hati
langsung berniat untuk bales dendam. Semua orang juga tahu kalo bales
dendam itu gak baik karena itu berarti melakukan sesuatu karena orang
lain. Namun biar bagaimanapun, kadang-kadang perasaan mau bales dendam
itu gak bisa tertahankan. Nah, bales dendam itu juga ada macam-macam.
Berikut adalah tipe-tipe balas dendam:
1. Balas Dendam Gak Makna
Balas dendam gak makna adalah balas dendam yang ketika kamu lakukan
gak ada efeknya juga ke si mantan. Kamu ngerasa itu bales dendam abis,
tapi mantan kamu mah tetep santai-santai aja, karena dia juga gak tau
kalo kamu lagi bales dendam.
Contoh Kasus: Kamu kesel banget karena mantan kamu
meninggalkan kamu untuk orang lain. Karena kesel banget kamu apus
contact si mantan dari HP kamu sambil teriak “Mampus lo gue apus dari HP
gue!” Lah emang ngefek gitu? Emang kalo contact dia diapus dari HP kamu
trus dia jadi gak bisa nafas gitu?
2. Balas Dendam Pasif-Agresif
Ini adalah tipe balas dendam yang sifatnya sedikit terselubung. Jadi
di depannya, kamu gak marah-marah, tapi secara diam-diam kamu melakukan
pembalasan dendam yang kesannya remeh-temeh, tapi efeknya lumayan bisa
bikin kesel si mantan.
Contoh Kasus: Setelah putus, kamu jadi deket sama
semua orang yang deket sama mantan kamu itu, mulai dari
sahabat-sahabatnya, adiknya, ibunya, bapaknya, tantennya, semua deh.
Terus seiring berjalannya waktu, mereka malah jadi lebih deket sama
kamu. Terus mantan kamu bete, tapi dia gak bisa nyalahin kamu, karena
kamu berdalih, “Lho, emang gak boleh deket sama mereka?”.
3. Balas Dendam Aktif
Balas dendam aktif adalah sebuah situasi dimana kamu emang niat
banget balas dendam sama si mantan dan kamu mau si mantan tahu kalo kamu
lagi balas dendam. Kamu gak takut kalo ini jadi masalah panjang, yang
penting bales dendam aja dulu gitu.
Contoh Kasus: Ketika putus, kamu langsung datengin
mobil mantan kamu terus kamu ancurin kacanya pake palu godam, terus
interior mobilnya kamu siram pake air murni dari septitank, sehingga
berbau sedap. Pasti puas banget tuh.
4. Balas Dendam Konstruktif
Balas dendam konstruktif adalah tipe balas dendam yang memicu kamu
untuk jadi seribu kali lebih baik dari sekarang, dengan tujuan supaya
mantan kamu merasa menyesal sudah meninggalkan kamu.
Contoh Kasus: Kamu diputusin sama mantan kamu dengan
alasan kamu gendut, jelek, dan miskin. Akhirnya kamu berjuang keras,
membanting tulang, diet, make over, dan melakukan segalanya sehingga
akhirnya sekarang kamu jadi kaya raya serta tampan/cantik dan masuk TV.
Huahahahahaa!!
5. Balas Dendam Ekstrim
Bales dendam ekstrim adalah situasi dimana kamu berbuat sebuah hal
yang luar biasa keji dan tidak terpikirkan oleh orang normal…atas nama
balas dendam.
Contoh Kasus: Setelah putus cinta yang sungguh
menyakitkan hati, kamu bekerja keras untuk menjadi orang yang sangat
kaya. Setelah kaya, kamu mengetahui bahwa mantan kamu sudah berkeluarga
dan punya anak. Dengan kekayaan dan kekuatan yang kamu miliki, kamu
menculik si mantan kamu, membunuh pasangannya, dan memisahkannya dengan
si anak. 15 tahun kemudian, kamu mempertemukan pasangan orang tua anak
ini lagi, tapi mereka sudah tidak saling mengenal dan mereka jatuh
cinta. Kamu membuat mereka berhubungan seks dan kamu rekam, lalu kamu
kasih tunjuk ke si orang tuanya, sambil ngasih tahu kalo ternyata dia
berhubungan seks sama anaknya sendiri.
Nulis tulisan di atas membuat Talsep depresi. Supaya kamu gak terlalu depresi bacanya, ini ada gambar anjing kecil yang lucu.
Damai ya kita.
ouh iyah, untuk pencerahan (Dendam itu Dosa) gue akan mengulasnya dengan versi religi, gapapa kan sob, biar kalian jadi anak yang sholeh dan sholehah. amin ya rabb. #bahagia ortu lu.
Dendam dalam bahasa Arab di sebut hiqid, ialah "Mengandung permusuhan
didalam batin dan menanti-nanti waktu yang terbaik untuk melepaskan
dendamnya, menunggu kesempatan yang tepat untuk membalas sakit hati
dengan mencelakakan orang yang di dendami". Berbahagialah orang yang
berlapang dada, berjiwa besar dan pema 'af. Tidak ada sesuatu yang
menyenangkan dan menyegarkan pandangan mata seseorang, kecuali hidup
dengan hati yang bersih dan jiwa yang sehat, bebas dari rasa kebingungan
dan bebas dari rasa dendam yang senantiasa menggoda manusia. Seseorang
yang hatinya bersih dan jiwanya sehat, ialah mereka yang apabila melihat
sesuatu nikmat yang diperoleh orang lain, ia merasa senang dan
merasakan karunia itu ada pula pada dirinya. Dan apabila ia melihat
musibah yang menimpa seseorang hamba Allah, ia merasakan sedihnya dan
mengharapkan kepada Allah untuk meringankan penderitaan dan mengampuni
dosanya.
Demikianlah seorang muslim, hendaknya selalu hidup dengan hati
yang bersih dan jiwa yang sehat, rela terhadap ketentuan Allah dan
terhadap kehidupan. Jiwanya bebas dari perasaan dengki dan dendam.
Karena perasaan dengki dan dendam itu merupakan penyakit hati, yang
dapat merembeskan iman keluar dari hati, sebagaimana merembesnya zat
cair dari wadah yang bocor. Islam sangat memperhatikan kebersihan hati
karena hati yang penuh dengan noda-noda kotoran itu, dapat merusak amal
sholeh, bahkan menghancurkannya. Sedang hati yang bersih, jernih dan
bersinar itu dapat menyuburkan amal dan dorongan semangat untuk
meningkatkan amal ibadah, dan Allah memberkahi dan memberikan segala
kebaikan kepada orang yang hatinya bersih. Oleh karena itu, jamaah
muslimin yang sebenarnya, hendaknya jamaah yang terdiri dari orang-orang
yang bersih jiwanya dan sehat hatinya, yang terdiri di atas saling
cinta mencintai, saling kasih mengasihi, sayang menyayangi, yang merata,
di atas pergaulan yang baik dan kerjasama yang saling menguntungkan
timbal balik, di dalamnya tidak ada seorang yang untung sendiri, bahkan
golongan yang semacam ini,.
Sebagaimana di gambarkan dalam Al-Qur'an yang
artinya: "Yang orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan
Anshor), mereka berdoa 'Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan
saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan
janganlah Engkau biarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
beriman, Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau maha penyantun lagi maha
penyayang". (Al-Hasyr: 10).
Apabila rasa permusuhan telah tumbuh dengan
suburnya, sampai berakar, dapat mengakibatkan hilangnya rasa kasih
sayang dan hilangnya kasih sayang dapat mengakibatkan rusaknya
perdamaian. Dan jika sudah sampai demikian, maka dapat menghilangkan
keseimbangan yang pada mulanya menjurus kearah perbuatan dosa-dosa
kecil, dan akhirnya dapat mengarah kepada dosa-dosa besar yang
mengakibatkan turunnya kutukan Allah.
Perasaan iri hati karena orang
lain memperoleh nikmat kadangkala dapat menimbulkan khayalan yang
bukan-bukan sampai membuat-buat kedustaan. Islam membenci perbuatan
demikian dan memperingatkan jangan sampai terjerumus kedalamnya.
Mencegah adanya ketegangan dan permusuhan, menurut Islam merupakan
ibadah yang besar, sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya: "Maukah aku
beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama dari puasa, shalat dan
shadaqoh?, Jawab sahabat: "Tentu mau". Sabda Nabi saw: "yaitu
mendamaikan di antara kamu, karena rusaknya perdamaian di antara kamu
adalah menjadi pencukur yakni perusak agama". (HR. Abu Daud dan
Turmudzi).
Syaitan kadangkala tidak mampu menggoda orang-orang pandai
untuk menyembah berhala, tetapi syaitan sering juga mampu menggoda dan
menyesatkan manusia, melalui celah-celah pergaulan dengan cara merusak
perdamaian diantara mereka itu sendiri, sehingga dengan hawa nafsunya
yang tidak terkendalikan, mereka tersesat dan tidak mengetahui hak-hak
Tuhannya, bagaikan menyembah berhala.
Di sinilah syaitan mulai
menyalakan api permusuhan di hati manusia dan jika api permusuhan itu
telah menyala, ia senang melihat api itu membakar manusia dari zaman ke
zaman, sehingga turut terbakarnya hubungan dan segi-segi keutamaan
manusia. Kita harus mengetahui bahwa manusia itu berbeda-beda tabiat dan
wataknya, berbeda-beda kecerdasan akal dan daya tangkapnya. Karena itu
dalam pergaulan dan pertemuan di lapangan kehidupan, kadangkala mereka
membuat kesempatan yang mengakibatkan perselisihan dan permusuhan.
Maka
Islam telah memberikan cara penanggulangan mensyari'atkan penepatan
akhlak yang baik, yang membuat hati mereka luluh dan sarat berpegang
kepada kasih sayang. Dan Islam melarang memutuskan hubungan dan
berbantah-bantahan. Memang kita sering merasakan seolah-olah kejelekan
itu dilemparkan kepada kita, sehingga kita sering tidak mampu
mengendalikan perasaan dan kejengkelan kita, yang apabila fikiran kita
sempit, maka timbullah niat untuk memutuskan hubungan dengan si
pemeluknya. Tetapi Allah tidak rela perbuatan yang demikian. Memutuskan
hubungan sesama muslim dilarang,
Sebagaimana sabda nabi saw yang
artinya: "Janganlah kamu putus hubungan, belakang membelakangi, benci
membenci, hasut menghasut. Hendaknya kamu menjadi hamba Allah yang
bersaudara satu sama yang lain (yang muslim) dan tidaklah halal bagi
(setiap) muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari". (HR.
Bukhori dan Muslim).
Dalam hadits ini dinyatakan batas tiga hari, karena
pada waktu tiga hari kemarahan sudah bisa reda, setelah itu wajib bagi
seorang muslim, untuk menyambung kembali hubungan tali persaudaraannya
dengan saudara-saudaranya sesama muslim, dan membiasakan perilaku yang
utama ini. Karena putusnya tali persaudaraan ini tak ubahnya seperti
awan hitam atau mendung apabila telah di hembus angin, maka hilanglah
mendungnya dan cuacapun menjadi bersih dan terang kembali. Ringkasnya,
hendaknya orang-orang yang mempunyai penyakit hati, seperti rasa dendam,
iri hati, dan dengki selalu ingat bahwa kekuasaan Allah mengatasi
segala kekuasaan. Dan hendaklah ia ingat, bahwa harta benda dan
kedudukan yang bersifat duniawi itu selamanya tidak kekal. Paling jauh
dan lama, sepanjang hidupnya saja, bahkan mungkin sebelum itu.
Dalam
Al-Quran Allah berfirman yang artinya: "Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang di karuniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak
dari sebagian yang lain. (karena) bagi seorang laki-laki ada bagian
daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian
dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah yang maha
mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32).