SELAMA beberapa hari terakhir, beredar broadcast message yang isinya seperti ini.
“Tolong
share ya: Kalau ada yang kena Tomcat, cepet cuci air bersih, kasih
salep hydrocortisone 1% or salep betametasone + antibiotik neomycin
sulfat 3x sehari or salep acyclovir 5%. Binatangnya kayak kalajengking
tapi kecil, panjang, warna merah belang hitam. Kalau digigit jadinya
kayak herpes merah dan tengahnya bernanah, diameter 2cm dan terus
membesar bila tidak ditanggulangi. Surabaya sedang diserang binatang
ini. Korbannya sudah ratusan, apartemen juga kena. Binatangnya kecil dan
bisa loncat-loncat.”
Bukan hanya sekali kami menerima broadcast
message ini. Pesan serupa juga beredar di group BBM (Blackberry
Messenger), juga di jejaring sosial.
Seperti apa sebenarnya wabah Tomcat yang konon semakin meluas dan meresahkan masyarakat, juga bagaimana cara mengatasinya?
Nama
Latin dari Tomcat adalah Paederus. Serangga yang masih bagian dari
keluarga serangga Staphylinidae ini memiliki tubuh yang berukuran
seperti rayap, dengan ekor tajam seperti kalajengking.
Paederus
mampu menyebarkan toxin yang menyebabkan iritasi kulit paederus
dermatitis. Belum diketahui darimana asalnya sebutan Tomcat, namun
iritasi akibat Paederus telah lama melanda berbagai negara. Di beberapa
negara, iritasi ini disebut juga “whiplash dermatitis”, “spider lick”,
atau “Nairobi fly dermatitis”.
Berbeda dengan anggapan masyarakat
yang menyebutkan iritasi ini disebabkan gigitan Paederus, sebuah jurnal
dari US Army Public Health Command menegaskan bahwa Paederus tidak
menggigit atau menyengat.
Iritasi muncul setelah adanya kontak
antara kulit dan pederin, lendir beracun yang keluar dari tubuh Paederus
betina. Lendir ini diproduksi bakteri endosymbiont, diduga kuat masih
bagian dari spesies Pseudomonas.
Paederus dermatitis, iritasi
kulit akibat Paederus juga disebut sebagai dermatitis linearis karena
lazimnya menimbulkan ruam merah berbentuk garis lurus. Bentuk garis ini
muncul karena banyak orang secara spontan menggaruk atau menggosok kulit
setelah dihinggapi Paederus. Dalam waktu 12-36 jam, kulit akan
mengalami peradangan yang lama-kelamaan mulai melepuh. Iritasi ini
lazimnya berlangsung selama 2-3 minggu.
Iritasi ini dapat menular
dengan mudah, cukup bersentuhan dengan kulit yang terkena iritasi. Untuk
mencegahnya, hindari menyentuh kulit pengidap paederus dermatitis yang
mengalami iritasi.
Jika serangga Paederus hinggap di kulit Anda,
segera cuci dengan air dan sabun agar resiko iritasinya dapat berkurang.
Mengobati iritasi dengan salep yang disebutkan di broadcast message,
kemungkinan besar ada benarnya juga, terutama antibiotik. Dermatology
Online Journal menyebutkan, antibiotik ampuh menangkal kontaminasi
akibat bakteri dalam lendir di tubuh Paederus.