stack
[Close]

Minggu, 01 April 2012

Stuck in Love Blind

Hampir semua wanita mungkin menjawab pria baik-baik saat disodori pertanyaan tentang pria pendamping hidup yang ideal. Tapi, kenapa banyak yang justru terjebak mengejar cinta seorang pria yang jelas-jelas tidak setia?

Ada banyak alasan yang terucap dari bibir. Mulai dari kadung sayang, tak bisa berpaling ke lain hati, hanya dia yang paling memikat, sudah terlalu banyak pengorbanan, hingga alasan-asalan klise yang mengarah pada pesan "pokoknya dia".

Jika Anda pernah mengalaminya, berarti Anda sudah merasakan apa yang dinamakan dengan cinta buta. Anda tanpa sadar memperjuangan cinta hanya dengan ego, bukan logika. Cinta yang sangat berpotensi menghancurkan kehidupan jangka panjang.

Ingat, hubungan yang sehat adalah ketika masing-masing memiliki porsi cinta dan komitmen yang sama. Ketika salah satu pasangan tak menghendaki melanjutkan hubungan itu, komunikasikan baik-baik. Jangan pernah memaksa jika memang sudah berpaling.

Dan, sebaiknya jangan berlaku agresif mengejar seorang pria. Ini terkait dengan karakter pria yang lebih suka mengejar. Ketertarikan pria terhadap seorang wanita cenderung melambung jika si wanita sedikit jual mahal. Artinya, pria akan semakin hilang selera melihat agresivitas seorang wanita. Jangan memaksa, jika cinta bertepuk sebelah tangan!

Dan disini kita mencoba memahami dari kacamata religi. semoga bisa menutupi kegundahan atau dilematis para sahabat Talsep yang sedang menjalani Cinta Buta.
 
“……Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu…..” (QS. Al-Hujuraat [49] ayat 7)

Cinta buta adalah bentuk cinta yang sangat merusak. Cinta yang dapat mendatangkan musibah dan murka Allah SWT. Cinta yang melebihi batas kewajaran yang bisa dilakukan oleh seorang hamba. Baik yang dirasakan atau pun yang terbesit di dalam hati. Saat sekarang atau di waktu yang akan datang. Karena semua bentuk kemauan, ucapan dan perbuatannya akan menjadi rusak. Baik secara nyata ataupun yang tersembunyi, dengan sadar atau pun disaat kesadarannya menghilang. Sehingga ketauhidannya kepada Allah SWT akan ikut rusak dan bisa saja menjadi hilang sama sekali.

Orang yang memiliki cinta buta maka ia akan melakukan segala macam cara demi memenuhi rasa cintanya itu, sehingga ia pun akan menghalalkan cara-cara yang diharamkan untuk mewujudkan keinginannya. Mulai dari yang sederhana hingga pada tahapan yang sangat luarbiasa akan terus ia lakukan. Tidak peduli lagi dengan larangan dan aturan-Nya, bahkan dosa yang menjadi ancaman Allah SWT dianggapnya sebagai angin lalu. Ia pun akan menjadi seorang yang sombong karena tidak takut lagi dengan siksa dan azab Allah SWT di alam kubur dan akherat, dengan wujud ia tidak pernah khawatir ketika melakukan hal-hal yang keluar dari ajaran Tuhan yang haq.

Keindahan cinta buta bergentayangan di langit pikiran
Namun keindahan cinta sejati akan menetap di dalam hati
Jika cinta buta hanya berlaku sesaat
Maka cinta sejati tetap abadi selamanya

Disebabkan nafsu itu ada dua macam, yaitu; musma`innah (nafsu yang baik) dan hawaiyah (nafsu yang buruk). Maka cinta buta adalah suatu penyakit yang timbul oleh sebab seseorang telah senantiasa menuruti hawa nafsunya yang tidak benar (hawaiyah). Nafsu hawaiyah ini adalah lawan dari nafsu yang musma`innah karena hanya mendatangkan musibah dan ketidakbaikan. Nafsu semacam ini kemudian dibagi menjadi dua macam, yaitu; lawwamah (serakah) dan amarah (emosi, murka). Contohnya, ketika seseorang ingin menjadi kaya dalam harta benda tetapi dengan cara korupsi atau disaat menjadi seorang pedagang, maka ia berbisnis dengan penuh kecurangan. Sehingga agama tidak pernah dijadikan sebagai pegangan dalam usahanya, melainkan di buang jauh-jauh dari kehidupannya, atau paling tidak hanya dijadikan sebagai kamuflase (topeng) agar tidak diketahui oleh orang lain bahwa sebenarnya dia adalah orang yang jahat. Sedangkan nafsu musma`innah adalah nafsu yang akan membangkitkan seseorang untuk terus maju dalam kebaikan. Nafsu semacam ini juga ada dua, yaitu; sufiyah (bagus) dan muthmainnah (tenang). Contohnya adalah ketika seseorang berhasrat untuk menjadi orang yang pintar dalam ilmu pengetahuan tetapi senantiasa menjadi ajaran Islam sebagai pegangan dasar.

Selain itu, cinta buta akan merusak indra seseorang atau dalam artian bila seseorang berlaku cinta buta maka kepekaannya menjadi hilang. Kepekaan/  indra disini tidak sebatas yang nyata (suriya) saja melainkan akan masuk pada hal yang abstrak (maknawi). Kerusakan pada indra (penglihatan, pendengaran, penciuman, ucapan, perasa) ini akan terjadi oleh sebab hatinya telah rusak terlebih dulu akibat cinta butanya itu. Sebuah cinta yang hanya mengedepankan nafsu hawaiyah (buruk) semata. Bahkan pada tataran yang lebih luas lagi, maka ia akan memandang sesuatu yang buruk itu adalah sesuatu yang indah. Entah pada dirinya sendiri atau pada sesuatu yang ia cintai. Mata hatinya pun akan menjadi buta dalam melihat kesalahan dan dosa, akibatnya mata fisiknya juga ikut menjadi tidak mampu dalam melihat. Ia pun akhirnya tidak bisa membedakan mana itu yang haq dan mana itu yang bathil. Sehingga orang seperti ini tidak akan mampu mengetahui yang sebenarnya dan akan lebih parah dari seorang yang buta ataupun tuli, karena yang buta dan tuli itu adalah hatinya.

Cinta buta ini pada awalnya akan penuh dengan kesenangan dan manis rasanya, namun kemudian akan terasa menyedihkan, penderitaan, sakit hati yang pada akhirnya berujung pada kebinasaan dan siksa Allah SWT di Neraka. Oleh sebab itu sekali lagi kita dapat mengambil sebuah pelajaran yang berharga dari sikap kaum Nabi Luth AS yaitu kaum Sadum yang pada akhirnya di hancurkan oleh Allah SWT dari muka bumi. Kaum ini sungguh melebihi batas karena melampiaskan kecintaannya dengan melakukan perbuatan-perbuatan  yang menyimpang dan dilarang oleh Allah SWT, yaitu melakukan perbuatan homoseksual (menyukai sesama laki-laki) dan lesbian (menyukai sesama wanita) bahkan melakukan hubungan seksual dengan binatang (ular, anjing, kuda, babi, ayam, dll).

Perbuatan ini sangat dilarang karena menentang tujuan penciptaan manusia sebagai seorang laki-laki dan sebagiannya lagi perempuan. Dan tujuan mengapa manusia itu ditakdirkan dalam berpasang-pasangan, yang tiada lain sebagai cikal bakal lestarinya umat manusia dan meneruskan keturunannya di muka bumi. Kemudian ditambah lagi dengan kesenangan mereka terhadap kehidupan duniawi yang melebihi batas kewajaran. Sehingga setelah Nabi Luth AS puas mengingatkan dan tidak pernah digubris oleh mereka, Allah SWT pun akhirnya menurunkan bencana yang sangat dahsyat seperti badai guntur dan halilintar, gempa bumi, angin topan, hujan deras disertai jatuhnya batu sijjil, laut yang meluap, dan daratan yang dibalik. Sehingga musnahlah kaum Sadum ketika itu.

Sungguh sebuah bencana yang bisa timbul dari penyakit cinta buta ini. Dan penyakit semacam ini tentunya bisa dicegah atau dilepaskan dari diri seseorang, selama ia mau dan berusaha lebih jauh dalam mengkaji hakekat ajaran agamanya (Islam). Ketika sendirian atau dengan bantuan orang yang lebih mumpuni dalam agama. Yang jelas ada niat dan usaha yang nyata untuk menemukan hidayah Allah SWT tersebut.

Aku ada bersamanya lalu kumuliakan dirinya
Karena takut agama, akupun tidak jadi pecinta buta
Laksana air yang ada di tangan seorang yang berpuasa
Maka ku ulurkan cinta di kalbunya dengan kesabaran

Namun sayang, banyak diantara kita yang sebelum mencobanya telah menghakimi diri sendiri dengan anggapan bahwa tidak bisa atau tidak memiliki kemampuan. Sehingga dikabulkanlah anggapan pesimis itu oleh Allah SWT dan seseorang hanya akan menjadi budak dari nafsunya yang tidak baik (hawaiyah). Ia akan menjadi pewaris mereka yang lebih dulu durhaka kepada Allah SWT. Dan Neraka yang dijanjikan Allah SWT sebagai balasan siksa dan hukuman adalah keharusan yang mesti diterimanya di akherat.

Yakinlah wahai saudaraku sekalian, karena Allah SWT telah menciptakan penyakit itu pasti dengan obatnya, Sesungguhnya Allah SWT itu menurunkan sesuatu dengan penuh perhitungan yang pasti dan tidak dengan sembarangan. Semuanya memiliki perannya masing-masing yang sesuai dengan tujuan dari penciptaannya. Dan Allah SWT tentu tidak akan menyengsarakan kita sebagai hamba-Nya, karena Dia menjadikan kita ada adalah atas dasar cinta yang murni dan agung.

“Allah tidak menurunkan sebuah penyakit (termasuk penyaki jiwa), kecuali Ia menurunkan obat baginya, ada yang mengetahui obat tersebut dan ada yang tidak mengetahuinya” (HR. Al-Bukhari dari riwayat Abu Hurairah RA)

Dan sedikitnya ada tiga cara dalam mengatasi penyakit ini, diantaranya sebagai berikut:
  1. Mencegah sebelum terjadi. Artinya; selalu berpegang teguh pada syariat yang di ajarkan oleh agama (Islam) dan berusaha untuk terus meningkatkan pemahaman terhadap ajaran itu.
  2. Menghilangkan penyakit apabila telah menyerang. Artinya; segera bertobat dengan cara yang sebenar-benarnya (taubatan nasuha). Memohon ampun kepada Allah SWT dan tidak akan pernah kembali kepada perbuatan yang serupa hingga akhir hayat. Dan dalam melewati sisa-sisa hidup, maka haruslah menjadikan aqidah Islam yang haq sebagai jalannya.
  3. Menyibukkan hati dengan hal-hal yang bermanfaat dan sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW. Artinya; selama menjalani hidup dan kehidupan di alam dunia ini, maka selama itu pula seseorang terus berusaha mengalihkan perhatian kepada hal-hal yang dapat menyibukkan hatinya sehingga dapat menghalangi niat untuk melakukan maksiat. Contohnya dengan merasa takut kepada Allah SWT yang sangat dan kecintaan kepada-Nya melebihi apapun jua. Merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan mengetahui sekecil apapun yang dilakukan.
Sehingga dengan kita yang terus berusaha menjadikan cinta yang sejati sebagai jalan hidup dan kehidupan, maka kita pun telah menjadi seorang hamba Allah SWT yang patuh dan mencintai-Nya sesuai dengan seharusnya. Kita pun telah menjadi seorang Mukmin yang sejati, bahkan bisa saja akan mencapai tahapan hamba yang Habibullah (memiliki kesempurnaan cinta). Sehingga rahmat, karunia dan Syurga Allah SWT yang sungguh indah akan menjadi tempat tinggal kita di akherat.

Semoga Allah SWT senantiasa membukakan pintu hati kita dengan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga nanti kita pun akan kembali kepada-Nya dengan sifat yang fitrah lagi diridhai. Amin.