Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad keluarga dan sahabatnya. Saat ini kita akan membahas tafsir surat An Nashr, sebagiannya kami
sarikan dari Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim (Ibnu Katsir) dan faedah-faedah
kita ambil dari tafsir lainnya. Semoga bermanfaat.
Allah Ta’ala berfirman,
إِذَا جَاءَ
نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ
اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ
إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا (3)
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu
lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An Nashr: 1-3)
Surat An Nashr Tanda Semakin Dekat Wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Ada sebuah riwayat dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
“Umar Pernah mengajakku dalam sebuah majlis orang dewasa, sehingga
sebagian sahabat bertanya "Mengapa si anak kecil ini kau ikut sertakan,
kami juga punya anak-anak kecil seperti dia?" Umar menjawab, "Seperti
itulah yang kalian tahu."
Suatu hari Umar mengundang mereka dan mengajakku bersama mereka.
Seingatku, Umar tidak mengajakku saat itu selain untuk mempertontonkan
kepada mereka kualitas keilmuanku. Lantas Umar bertanya, "Bagaimana
komentar kalian tentang ayat (yang artinya), "Seandainya pertolongan Allah dan kemenangan datang (1) dan kau lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong (2) -hingga ahkir surat.
(QS. An Nashr: 1-3). Sebagian sahabat berkomentar (menafsirkan ayat
tersebut), "Tentang ayat ini, setahu kami, kita diperintahkan agar
memuji Allah dan meminta ampunan kepada-Nya, ketika kita diberi
pertolongan dan diberi kemenangan." Sebagian lagi berkomentar, "Kalau
kami tidak tahu." Atau bahkan tidak ada yang berkomentar sama sekali.
Lantas Umar bertanya kepadaku, "Wahai Ibnu Abbas, beginikah kamu
menafsirkan ayat tadi? "Tidak", jawabku. "Lalu bagaimana tafsiranmu?”,
tanya Umar. Ibnu Abbas menjawab, "Surat tersebut adalah pertanda
wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sudah dekat.
Allah memberitahunya dengan ayatnya: "Jika telah datang pertolongan
Allah dan kemenangan', itu berarti penaklukan Makkah dan itulah tanda
ajalmu (Muhammad), karenanya "Bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan
mohonlah ampunan, sesungguhnya Dia Maha Menerima taubat.” Kata Umar, "Aku tidak tahu penafsiran ayat tersebut selain seperti yang kamu (Ibnu Abbas) ketahui."” (HR. Bukhari no. 4294)
Takwil Ayat Ini
Takwil dari ayat ini, dianjurkannya bacaan ruku’ dan sujud yang berisi tahmid dan tasbih: “Subhanakallahumma robbana wa bi hamdika, Allahummagh firlii.”
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ فِي
رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي يَتَأَوَّلُ الْقُرْآنَ
“Saat rukuk dan sujud Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
memperbanyak membaca do'a: ' Subhanakallahumma robbana wa bi hamdika,
Allahummagh firlii (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala puji
bagi-Mu, Ya Allah ampunilah aku) ', sebagai pengamalan perintah Al
Qur'an.” (HR. Bukhari no. 4968 dan Muslim no. 484. An Nawawi
rahimahullah membawakan hadits ini dalam Bab “Bacaan ketika ruku’ dan
sujud”)
Juga dari ayat ini dianjurkan dzikir “Subhanallah wa bi hamdihi astaghfirullah wa atuubu ilaih”. Dzikir ini sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum beliau meninggal dunia. Terdapat riwayat,
عَنْ
مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- يُكْثِرُ مِنْ قَوْلِ « سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ
اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ ». قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَرَاكَ تُكْثِرُ مِنْ قَوْلِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ
اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ. فَقَالَ « خَبَّرَنِى رَبِّى أَنِّى سَأَرَى
عَلاَمَةً فِى أُمَّتِى فَإِذَا رَأَيْتُهَا أَكْثَرْتُ مِنْ قَوْلِ
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ.
فَقَدْ رَأَيْتُهَا (إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ) فَتْحُ
مَكَّةَ ( وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِى دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا) ».
“Dari Masruq dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata, "Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memperbanyak perkataan, ' Subhanallah wa bi hamdihi astaghfirullah wa atuubu ilaih
(Mahasuci Allah dan dengan memujiNya, saya memohon ampunan kepada Allah
dan saya bertaubat kepadaNya)'." Aisyah berkata, "Lalu aku berkata,
'Wahai Rasulullah, saya melihatmu memperbanyak perkataan, Subhanallah wa bi hamdihi astaghfirullah wa atuubu ilaih
(Mahasuci Allah dan dengan memujiNya, aku memohon ampunan kepada Allah
dan bertaubat kepadaNya). Maka beliau menjawab, 'Rabbku telah
mengabarkan kepadaku bahwa aku akan melihat suatu tanda pada umatku,
ketika aku melihatnya maka aku memperbanyak membaca, Subhanallah wa bi hamdihi astaghfirullah wa atuubu ilaih
(Mahasuci Allah dan dengan memujiNya, aku memohon ampun kepada Allah
dan bertaubat kepadaNya)'. Maka sungguh aku telah melihatnya, yaitu
(ketika pertolongan Allah datang dan pembukaanNya) yaitu penaklukan kota
Makkah, dan dan kamu telah melihat manusia masuk ke dalam agama Allah
secara berbondong-bondong, lalu bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan
memohon ampunlah, sesungguhnya Dia Maha Pemberi taubat'."” (HR. Muslim
no. 484)
Banyak Yang Masuk Islam Setelah Fathul Makkah
Yang dimaksud dengan Fath dalam ayat ini adalah Fathul Makkah
(penaklukan kota Makkah, tahun 8 H), menurut satu pendapat. Pembesar
Arab mereka begitu bangga dengan keislaman mereka ketika Fathul Makkah.
Mereka mengatakan, “Jika seseorang meraih kemenangan ketika Fathul
Makkah, maka berarti ia adalah seorang Nabi.” Lantas ketika itu pun
banyak yang masuk Islam. Selama dua tahun, hampir seluruh jazirah Arab
beriman. Tidak tersisa di beberapa kabilah Arab kecuali mereka pun masuk
Islam. Alhamdulillah atas anugerah yang besar ini.
Dari ‘Amr bin Salamah, ia mengatakan,
وَكَانَتْ
الْعَرَبُ تَلَوَّمُ بِإِسْلَامِهِمْ الْفَتْحَ فَيَقُولُونَ اتْرُكُوهُ
وَقَوْمَهُ فَإِنَّهُ إِنْ ظَهَرَ عَلَيْهِمْ فَهُوَ نَبِيٌّ صَادِقٌ
فَلَمَّا كَانَتْ وَقْعَةُ أَهْلِ الْفَتْحِ بَادَرَ كُلُّ قَوْمٍ
بِإِسْلَامِهِمْ وَبَدَرَ أَبِي قَوْمِي بِإِسْلَامِهِمْ
“Orang arab mencela habis-habisan kemenangan karena keIslaman mereka.
Lantas mereka katakan; "Biarkan saja dia (Muhammad) dan kaumnya,
kalaulah dia menang terhadap kaumnya, berarti ia betul-betul Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam yang jujur, ketika pelaku-pelaku kemenangan
(kaum muslimin) singgah sebentar lantas berangkat, setiap kaum bergegas
berangkat dengan keIslaman mereka, dan ayahku bergegas menemui kaumku
dengan keIslaman mereka, .... (HR. Bukhari no. 4302)
Faedah dari ayat di atas:
- Wajibnya bersyukur ketika mendapatkan nikmat. Oleh karena itu, disyariatkannya sujud syukur ketika mendapatkan nikmat (luar biasa).
- Keistimewaannya tafsir Ibnu ‘Abbas daripada tafsir sahabat lainnya.
- Surat ini sebagai tanda semakin dekat wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Disyari’atkannya memberitahukan kematian seseorang kepada keluarganya namun tidak melalui pengumuman dengan suara yang keras. (Aysarut Tafaasir, 1501)
- Disunnahkan membaca dzikir “Subhanakallahumma robbana wa bi hamdika, Allahummagh firlii” ketika ruku’ dan sujud.
- Dianjurkan membaca dzikir “Subhanallah wa bi hamdihi astaghfirullah wa atuubu ilaih”.
Wa lillahil hamdu wal minnah. Segala pujian dan anugerah hanya milik Allah.
Ahkamul Qur’an, Al Jashshosh, Mawqi’ Al Islam
Aysarut Tafaasir, Abu Bakr Jabir Al Jazairi, Maktabah Adhwaul - Manaar
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Qurthubah