stack
[Close]

Jumat, 11 November 2011

Inilah islam (Adab Pribadi muslim)


Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam, shalawat serta dan salam semoga tercurah kepada penutup para nabi dan rosul, Nabi kita Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya.

Islam sungguh memberikan perhatian besar pada masalah pendidikan anak-anaknya, agar selalu menjaga adab sopan santun yang tinggi dan sifat-sifat terpuji yang diharapkan dapat mendidik generasi muslim, melatih dan meluruskan tingkah lakunya, serta mengarahkannya kepada perkataan, perbuatan dan sifat-sifat yang bernilai tinggi, dan sebaliknya meninggalkan ucapan, perbuatan dan sifat rendah yang tidak berfaedah.

Sesungguhnya Rasulullah Saw telah menjelaskan kepada umatnya adab dan etika dalam segala hal, bahkan menjelaskan adab sopan santun dalam peperangan sekalipun. Beliau melarang membunuh wanita, anak-anak dan orang tua yang tidak ikut berperang, demikian juga beliau melarang membunuh pendeta yang tetap berada di dalam gereja, atau petani diladangnya. Beliau juga melarang merusak anggota tubuh musuh yang telah mati dan seterusnya.

Nabi juga mengenalkan kepada umatnya sopan santun makan, minum, berpakaian, tidur, bersenggema dan adab pergaulan suami istri dan lain-lain. Bahkan beliau juga menerangkan bagimana adab masuk kamar kecil, dari Salma al Farisy ra ia berkata: “Orang-orang musyrik bertanya: Benarkah Nabi kalian mengajarkan segala sesuatu hingga tata cara buang air? Salma ra menjawa: “Benar, Beliau melarang kami menghadap kiblat ketika buang air besar atau kecil, beristinja’ dengan tangan kanan, atauberistinja’ dengan kurang dari tiga buah batu, atau beristinja’ dengan kotoran binatang atau tulang”. [HR. Muslim].

Islam adalah satu-satunya agama yang telah digariskan metode khidupan secara utuh. Di dalamnyadiatur segala urusan dan aspek kehidupan. Ia bukan metode bikinan manusia yang mengandung unsur benar dan salah, akan tetapi metode ilahi yang dapat mengantarkan orang yang mengikutinya kepada kebahagiaan, ketenangan, dan ketentraman jiwa di dunia, serta sukses meraih surga dan menggapi kenikmatan abadi pada hari kiamat. Allah berfirman: “kami tidak menyia-nyiakan sesuatupun dalam al Kitab (Al Quran)”.

Etika-etika Nabaway tersebut benar-benar telah memberikan andil yang mendalam dan bekas yang terpuji dalam menggembleng dan memperbaiki jiwa, meluruskan dan menghaluskan budi pekerti, sehingga melahirkan generasi-generasi percontohan dalam berlaku benar, jujur, menjaga kesucian diri, menjauhi kesalahan, keadilan, menjaga marwah, sifat malu, pemurah, kuat, pemberani, cepat memberikan bantuan, menyelamatkan orang yang terancam, dan membantu orang yang teraniaya, yang belum pernah dicatat oleh sejarah seperti mereka.

Sedangkan kelemahan yang melanda tubuh umat islam pada hari ini tiada lain sebabnya adalah karena jauhnya mereka dari etika-etika islam dan akhlak-akhlak nabawy. Seandainya kaum muslimin mampu membebaskan diri dari belenggu kebiasaan mengekor pada umat-umat lain, serta mau kembali kepada identitas dan etika sopan santun mereka yang islami dan orisinil, niscaya mereka mampu mengembalikan kejayaan, ketinggian dan kemuliaan mereka yang hilang. Tetapi, apakah kaum Muslimin menyadarinya?!

Dalam lembaran-lembaran berikut akan kita kenalkan berapa etika sopan santun seorang muslimin kepada Tuhannya, kepada agamanya, kepada nabinya, kepada dirinya, dan orang lain di sekitarnya. Demikian pula etika dan sopan santun berinteraksi dengan hewan dan orang-orang nonmuslimin.

1.    Etika Niat
Setiap muslim tentu menyadari bahwa niat punya peranan yang besar, sebab dengan niat yang baiklah amalan diterima, sebaliknya niat yang rusak akan menyebabkan amalan tertolak dan batal.

Niat adalah kehendak menuju perbuatan. Maka apabila kehendak ini karena mengharapkan ridha Allah dan menyanjung perintah-Nya, saat itu pula niat bisa dikatakan sah dan akan menghasilkan amal shaleh yang diterima.

Sebaliknya apabila ini hanya karena dunia, atau mengharapkan pujian dan sanjungan manusia, atau karena popularitas dan ingin dikenal, atau karena sebab lainnya yang tidak baik, niscaya niat akan rusak dan menghasilkan amalan yang rusak dan bertolak pula, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw: “Sesungguhnya semua amalan itu berdasarkan niat, dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh apa yang ia niatkan”. [muttafaq ‘alaihi].

2.   Adab Kepada Allah ‘Azza wa Jalla 
a. Seorang muslim mengetahui bahwasanya Allahlah yang menciptakan dan memberikan rezki. Dialah yang mengaruniakan kepada semua nikmat dan menjauhkannya dari semua malapetaka. Oleh sebab itu ia mesti sungguh-sungguh menjaga adab dan sopan santun kepada tuhannya.
b. Di antara adab kepada Allah ketundukan total kepada syari’ah-Nya yaitu dengan melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangan.
c. Termasuk etika kepada allah tidak menentang apapun dari kandungan syari’ah-Nya, sebagaimana firmannya: “Tidaklah pantas bagi seorang beriman laki-laki dan perempuan apabila Allah dan Rasul-Nya memutuskan suatu hokum (perkara), mereka mencari pilihan lain dari urusan mereka”, dan Firman-Nya pula: “sesungguhnya orang-orang beriman apabila diseru kepada Allah dan Rasul-Nya untuk memutuskan suatu perkara di antara mereka, mereka hanya mengatakan: “kami dengar dan kami taati”. 
d. Dan termasuk juga dalam etika kepada Allah menyukuri dan menyanjung-Nya atas segala nikmat yang dikaruniakan-Nya, banyak-banyak berzikir dan berdoa kepada-Nya, serta kembali kepada-Nya dalam segala urusan, mencintai dan berbaik sangka kepada-Nya, merasa takut kepada ganjaran-Nya, mengharapkan pahala-Nya, selalu membaca kitab-Nya dan mengwasinya dalam segala hal kecil maupun besar.

3.    Adab Kepada Al Quran
Seorang muslim mesti menjada adab kepada kitabullah; “AL Quran AL Karim” menyucikan, dan mendahulukannya di atas segala ucapan. Di samping itu juga melaksanakan isinya baik yang berupa hokum (perundang-undangan), adab sopan santun maupun akhlak (budi pekerti).

Dalam membaca Al Quran sewajarnya memperhatikan hal-hal berikut ini: 
a. Membacanya dalam keadaan yang paling sempurna; dengan bersuci, menghadap kiblat dan duduk penuh adab dan penghormatan.
b. Memperhatikan ayat-ayat, dan memikirkan maknanya.
c. Membacanya dengan niat ibadah dan beramal, bukan sekedar mencari pengetahuan.
d. Membacanya dengan tenang dan perlahan (tartil).
e. Mempelajari hokum-hukum tilawah dan membacanya sesuai dengan hokum-hukum tersebut.
f. Membaca dengan suara yang indah, diiringi khusyu’ dan ketundukan kepada Allah yang telah menurunkan kita yang agung ini.

4.   Adab Kepada Nabi Rasulullah Saw
Seorang muslim mesti beradab kepada Rasulullah Saw, karena jasanya sebagai Nabi penutup yang dengan Allah selamatkan umat manusia dari kegelapan mennuju cahaya yang terang benderang.

Di antara aplikasi adab kepada Rasulullah Saw:
a. Taat kepada perintahnya, dan meninggalkan larangannya.
b. Kewajiban mencintai nabi Muhammad Saw.
c. Mengikuti sunnahnya serta mencontoh Beliau dalam akhlak dan etika.
d. Menjadikan syari’ahnya sebagai dasar hukun dan perundang-undangan dalam segala aspek kehidupan, khususnya terjadi persengketaan, sesuai dengan firman Allah swt: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. [An Nisaa’: 66].
e. Mencintai pengikut-pengikutnya dan orang-orang yang mencitai dan membelanya, serta membenci musuh-musuhnya.

5.    Etika Kepada Diri Sendiri
Seorang muslim selalu membiasakn dirinya dengan pelajaran dan etika, agar jiwanya bersih, tinggi, dan suci. Dia tidak boleh membiarkannya menjadi tawanan syahwat dan hawa nafsu yang menyesatkan dan mengelamkannnya. Allah swt telah menyanjung orang yang selalu mengintropeksi dan mengawasi dirinya, Ia berfirman: “Sesungguhnya beruntungla orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. [Asy Syams: 9-10].

Orang muslim bukan ma’sum, tetapi ia pasti akan berbuat kesalahan dan dosa. Oleh sebab itu ia berusaha keras menjaga dirinya agar tidak melakukan maksiat. Apabila ia kalah dengan nafsuhnya dan terjerumus ke dalam maksiat, ia tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, akan tetapi ia mesti segera kembali dan bertaubat kepada Allah, serta menyesali dirinya melakukan maksiat tersebut, barang kali juga harus dengan menahannya dari sesuatu yang dibolehkan agar tidak menggiringnya kepada maksita setelah itu. Taubat itu mencakup tiga hal:
a.     Pertama: Meninggalkan dosa tersebut.
b.     Kedua: Menyesali perbuatan tersebut.
c.     Ketiga: Bertekad untuk tidak kembali melakukannya pada masa yang akan dating.

Apabila seorang muslim sungguh-sungguh bertaubat pasti akan diterima oleh Allah, Ia ampunkan dosanya serta dihapuskan-Nya keburukan-keburukannya. Allah Berfirman: : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu, dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”. [At Tahrin: 8].

6.   Etika Kepada Sesama Manusia
Dalam berinteraksi dengan sesama seorang muslim mesti menjaga etika, masing-masing sesuai dengan kedudukannya, atau hubungan yang mengikat antara keduanya. Termasuk dalam hal ini:
a. Seorang muslim berlaku taat kepada orang tua dalam segala bidang selain maksiat kepada Allah swt. Di samping itu pula ia menghormati keduanya, mengagungkan kedudukan keduanya, serta merendahkan diri kepada keduanya, memuliakan keduanya dengan ucapan dan perbuatan, tidak menghardik, meninggikan suara atau memanggil keduanya dengan menyebut nama, tetapi ia mengatakan: “Wahai ayahku…, wahai ibuku…”. Ia berbakti kepada keduanya dengan sebaik-baiknya, dan menafkahi keduanya bila mereka butuh.
b. Seorang muslim menyadari bahwa anak-anaknya punya hak yang mesti ia tunaikan pada mereka, antara lain memilih dengan baik calon istri yang bakal menjadi ibu mereka. Di samping itu ia memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik kepada mereka, menafkahi mereka dan mencurahkan perhatian dan kasih saying sampai mereka dewasa dan sanggup mandiri.
c. Seorang muslim mengakui adanya etika timbale balik antara suami istri yang merupakan hak masing-masing keduanya terhadap pasangannya, berdasarkan firman Allah swt: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya”. [Al Baqarah: 228].

Di antara adab suami terhadap istrinya menurut aturan islam:
a. Sabar, membujuk rayu dan lunak lembut dalam bergaul, berdasarkan sabda Rasulullah saw: “berpesan baiklah kamu terhadap perempuan-perempuan, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas, jika kamu memaksa meluruskannya niscaya ia akan patah, dan jika kamu biarkan ia akan tetap bengkok, maka berwasiatlah kamu terhadap para perempuan”. [muttafaq ‘alaihi].
b. Seorang suami dalam islam wajib menafkahi istrinya dengan cara ma’ruf.
c. Berlaku baik dalam bergaul, berdasarkan sabda Rasulullah saw: “Sebaik-baiknya kamu adalah yangterbaik (kelakuannya) terhadap istrinya”. [HR. Ahmad dan Tirmizy].
d. Mencitai dan jangan membenci berdasarkan sabda Rasulullah saw: “janganlah seorang mukmin laki-laki (suami) membenci seorang mukmin perempuan (istri). Karena jika membenci satu perangainya, pasti ia menyukai perangainya yang lain”. [HR. Muslim].
e. Berlaku adil dan tidak aniaya.
f. Menjaga kesucian dan memberikan kesenangan (nafkah bathin).
g. Dilarang membeberkan rahasia istri.
h. Dilarang mencari-cari kesalahan dan kesilapan istri.
i. Mengajar dan mengajaknya kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari kemungkaran.
j. Mencumbui, membelai dan memberikan kesejukan kepada istri, sebagaimana diriwayatkan dari ‘Aisyah ra istri Nabi Rasulullah saw, ia bercerita: “saya pernah keluar bersama Nabi dalam satu perjalanan, di mana saat itu saat saya masih kecil dan belum kegemukan, lalu Nabi memerintahkan orang-orang berjalan lebih dahulu. Setelah mereka mendahului Beliau berkata kepadaku: “Ayo kita lomba lari”, saya menerima ajakan beliau untuk lomba dan saya menang. Nabi saw diam saja sampai suatu saat di mana saya sudah gemuk dan melupakan peristiwa itu, kami keluar lagi dalam suatu perjalanan, dan beliau memerintahkan orang lain untuk mendahului. Dan setelah mereka mendahului beliau berkata: “Ayo lomba lari”, saya kembali menerima ajakan beliau, dan kali ini beliau menang. Sambil tertawa beliau berkata: “Ini adalah lawan yang dulu”. [HR. Ahmad dan Abu Daud].
Inilah nabinya islam dan beginilah dia bergaul dengan istrinya.

Seorang muslim juga menjaga etika terhadap karib kerabat dan family sekalipun mereka memtuskan hubungan dengannya, berbuat baik kepada mereka walaupun mereka mengingkarinya dan membalasnya dengan keburukan. Ia menghormati yang lebih tua, menyayangi yang kecil, menjenguk yang sakit, menghibur yang ditimpa musibah dan menyantuni yang mendapatkan kesulitan, firman Allah swt: “maka berikanlah haknya karib kerabat, orang miskin dan ibnu sabil”.

Adapun tetangga, sesungguhnya mereka dalam islam mempunyai hak seperti karib kerabat, antara lain: berbuat baik kepada mereka dengan ucapan dan perbuatan , tidak menyakiti atau menyebabkan mudharat baginya, memuliahkan mereka, bermuka manis ketika bertemu, memperhatikan keadaan mereka, mempersembahkan hadiah kepada mereka, menghormati dan mengenal kedudukan mereka, tidak boleh memperolok-olokkan dan mencela mereka. Nabi Muhammad saw bersabda: “jibril senantiasa memesankan tetangga kepadaku sampai-sampai saya menduga ia akan menjadikannya ahli waris”. [muttafaq ‘alaihi], dan sabdanya pula: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan ahri akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya”. [muttafaq ‘alaihi].

7.   Hak Muslim Terhadap Muslim
Seorang muslim mempunyai hahk-hak yang banyak terhadap saudaranya:
a. Mengucapkan menjawab salam bila bertemu, ucapan penghormatan (salam) dalam islam adalah “Assalaamu ‘alaikum warahmatullah wabarakaatuh”.
b. Mendoakan apabila bersin, ia mengatakan kepada setelah membaca “Alhamdulillah”: “Yarhamukallah”- semoga Allah melimpahkan rahmat kepadamu-, dan orang yang kembali menjawab: “Yahdiikumullah wayuslihu baalakum” – semoga Allah member kamu petunjuk dan membaikkan keadaanmu-.
c. Mencintai bagi saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.
d. Menolongnya, dan tidak membiarkannya terhina dimanapun saudaranya memerlukan bantuan dan dukungannya.
e. Memberikan nasehat dan solusi bila diminta pendapatnya.
f. Menjenguknya apabila sakit, dan menyaksikan jenazahnya apabila meninggal.
g. Merendahkan diri serta tidak sombong kepadanya.
h. Tidak menggunjing, menghina, mencela, memperolok-olokan, berbohong, menipu, dan mencaci makinya. Tidak pula hasad kepadanya, membencinya, berburuk sangka kepadanya, mencari-cari kesalahannya, tidak berkhianat, dan tidak pula membiarkannya (tanpa tegur sapa) lebih dari tiga malam.
i. Memaafkan dan menutupi kesalahannya, menjaganya ketika ia tiada, berlaku adil terhadapnya, bergaul dengannya dengan cara ia sukai terhadap dirinya, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang kecil, dan memberikan pertolongan saat ia membutuhkan.]

8.   Etika Kepada Non Muslim
Sesungguhnya orang islam membenci orang yang ingkar kepada Allah dan Rasul-nya saw, dia tidak mencintai dan menyenanginya. Demikian pula dia tidak menyukai dan menerima kekufurannya. Walaupun demikian seorang muslim tetap tidak menzaliminya, bahkan ia akan berlaku adil kepadanya, sebagaimana ia tidak boleh mengganggunya baik harta, nyawa maupun kehormatan dan harga dirinya jika dia tidak memerangi kaum muslimin.

Demikian pula ia mengasihinya secara umum, seperti memberi maka jika lapar, member minum jika haus, mengobati kala sakit dan menyelamatkannya dari marabahaya, berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw: “Orang-orang yang pengasih akan dikasihi oleh yang maha pengasih, kasihilah olehmu apa yang di bumi, niscaya kamu dikasihi oleh yang di lagit”. [HR. Ahmad].

Dibolehkan memberi hadiah kepada orang kafir, sebagaimana dibolehkan menerima hadiahnya, memakan makanannya apabila ia tergolong Ahli Kitab.

Beginilah akhlak seorang Muslim dan etikanya terhadap orang yang berlainan agama, lalu bagaimana pergaulan seorang Muslim terhadapnya saudaranya yang muslim?

9.   Hak Binatang
Sesungguhnya islam telang mengenal hak-hak binatang berates-ratus tahun sebelum berdirinya organisasi-organisasi khusus perlindungan hewan. Di antara hak-hak tersebut:
a. Memberinya makan dan minum apabila lapar dan dahaga.
b. Mengasihi dan menyayanginya, dan tidak boleh menjadikannya sebagai sasaran tembak.
c. Meringankan rasa sakit ketika menyembelih atau membunuhnya, berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw: “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu, apabila kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik, apabila kalian menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik, hendaklah seseorang menajamkan pisaunya, dan meringankan (meringankan rasa sakit) hewan sembelihannya”. [HR. Muslim].

d. Tidak boleh menyiksanya dalam bentuk apapun, baik dengan membuatnya lapar, atau memukul, atau membebaninya sesuatu yang melebihi kemampuannya, atau dengan memotong anggota tubuhnya, ataupun membakarnya, berdasarkan sabda Rasulullah saw: “Seorang wanita masuk neraka disebabkan seekor kucing, karena ia mengurungnya sampai mati, tanpa memberinya makan dan minum dan tidak pula ia membiarkannya makan dari rerumputan yang tumbuh”.