stack
[Close]

Jumat, 23 Desember 2011

Hanya sebuah dinding Kosong

Ada Kedua orang pria, keduanya sakit parah, mereka menempati satu kamar di rumah sakit yang sama. Satu orang diizinkan untuk duduk di tempat tidurnya selama satu jam sehari untuk mengeringkan cairan di paru-parunya. Hanya ada satu tempat tidur yang dekat dengan jendela di ruangan itu. Sisanya mereka harus menghabiskan waktu berbaring terus.

Kedua pria itu berbicara selama berjam-jam. Mereka berbicara tentang istri-istri mereka , keluarga dan rumah mereka, pekerjaan mereka, keterlibatan mereka dalam pelayanan militer, di mana mereka telah berlibur, dan lain nya.
Setiap sore ketika pria di ranjang yang menempati tempat tidur di samping jendela itu diperbolehkan duduk, ia akan melewatkan waktu dengan menjelaskan kepada rekan sekamarnya semua hal yang ia bisa lihat di luar jendela.
Pria di tempat tidur lain akan membayangkan satu jam periode di mana dunianya akan diperluas dan dihidupkan oleh segala aktivitas dan warna dunia luar. Ada sebuah taman dengan danau yang indah, kata pria itu. Bebek dan angsa bermain di air. Banyak bunga yang mekar seperti warna pelangi. Pohon-pohon tua besar menghiasi taman tersebut, dan pemandangan indah dari kota bisa terlihat di kejauhan.

Pria yang paling dekat dengan jendela menjelaskan dan pria di sisi lain ruangan akan menutup mata dan membayangkan pemandangan indah.

Suatu sore yang hangat pria di dekat jendela menggambarkan sebuah pemandangan indah berikutnya. Akan tetapi bagi pria yang satunya yang tidak dekat dengan jendela, pikiran asing mulai memasuki kepalanya: Mengapa harus ia yang terus melihat semuanya sementara aku tak pernah bisa melihat sesuatu? Ini tidak adil.
Hari-hari berlalu dan ia merindukan melihat pemandangan yang lebih, iri nya terkikis menjadi kebencian. Dia mulai merenung dan dirinya tidak bisa tidur. Ia sangat ingin tidur dekat dengan jendela itu.

Pada suatu malam, saat ia berbaring menatap langit-langit, pria dekat jendela mulai batuk. Dia tersedak cairan dalam paru-parunya. Pria itu mencari-cari tombol darurat untuk meminta bantuan pada suster. Pria yang satu lagi sengaja hanya mendengarkan dari seberang, ia tidak pernah menekan tombol darurat sendiri yang akan membawa perawat segera ke ruangan itu. Dalam waktu kurang dari lima menit, batuk dan tersedak berhenti, bersama dengan suara napas. Sekarang, hanya ada keheningan.

Keesokan paginya, perawat datang untuk membawa air mandi mereka. suster tersebut menemukan tubuh tak bernyawa pria yang dekat dengan jendela itu dan segera memanggil petugas medis untuk membawanya.

Pria itu pun bertanya apakah ia bisa dipindahkan dekat dengan jendela?.

Maka akhirnya dia pun di pindahkan oleh perawat itu dekat dengan jendela.

Perlahan-lahan walau menyakitkan, ia bertumpu dengan satu siku untuk melihat ke luar jendela pertama kalinya. Akhirnya, ia akan memiliki suka cita untuk melihat semua itu sendiri.

Dia Tercengang dan sangat kaget, ternyata yang dia lihat keluar jendela adalah hanya dinding kosong.

Penyesalan selalu datang terakhir, dia sangat menyesal tidak menyelamatkan nyawa pria teman sekamarnya itu. Hanya demi kepuasan sendiri semata.