stack
[Close]

Jumat, 23 Desember 2011

Menolong Sahabat

Ada sepasang pemuda yang tumbuh besar bersama. Mereka berteman sejak masih sangat muda hingga beranjak dewasa.

Yang seorang dipercaya menjalankan sebuah perkebunan kapas besar oleh tuannya. Karena sifatnya yang teliti dan pekerja keras, pemuda pertama menjadi kaya karena hasil jerih payahnya. Sedang pemuda kedua bekerja sebagai seorang pandai besi yang terampil. Ia ulet dan kreatif, hasil karya besi buatannya sangatlah menarik dan indah. Namun karena tingkat perekonomian orang-orang di desa mereka terbatas, maka sang pemuda kedua hanya mampu hidup seadanya dari hasil usahanya.

Suatu ketika, si pemuda kedua yang telah bertahun-tahun melihat si pemuda pertama hidup dengan segala kelimpahannya berniat meminjam uang pada si pemuda pertama agar ia bisa memperbesar tempat usahanya, karena ia ingin bisa memperoleh kekayaan seperti si pemuda pertama.
Karena yang meminta adalah sahabat baiknya, sang pemuda pertama pun meminjamkan separuh dari harta yang telah ia tabung selama ini. ‘Ambilah separuh uangku senilai 50 koin emas ini, karena aku membutuhkan 50 koin emas lainnya untuk keluargaku.’  Si pemuda kedua berterima kasih dan berjanji untuk mengembalikan secepatnya 50 koin emas itu.
Setahun kemudian, ternyata usaha si pemuda kedua tidak kunjung membaik, namun malah berbalik merugi. Ia pun datang kembali pada pemuda pertama untuk kembali meminjam uang, berjanji akan segera mengembalikan semua uang yang ia pinjam apabila usahanya mendatangkan hasil.

Pemuda pertama yang sangat mengasihi sahabatnya pun mengabulkan permintaan itu, meski sesungguhnya keluarganya juga membutuhkan uang untuk kebutuhan hidup mereka, tetapi untuk menolong dan menyenangkan hati sahabatnya, si pemuda pertama memberikan kembali setengah harta yang ia punya. ‘Ambilah 25 koin emas ini, karena sungguh aku membutuhkan 25 koin emas sisanya untuk bertahan hidup.’ Kembali si pemuda kedua berjanji untuk mengembalikan semua uang sahabatnya dalam waktu singkat.

Namun keadaan tak kunjung membaik, melainkan malah berubah sangat buruk untuk desa mereka. Kembali si pemuda kedua mendatangi pemuda pertama untuk lagi-lagi meminjam modal untuk membiayai usahanya yang terancam bangkrut. Keluarga si pemuda pertama menolak permintaan si pemuda kedua karena mereka tahu bahwa kondisi keuangan si pemuda pertama pun memburuk sementara anak dan istrinya sedang sakit dan membutuhkan biaya. Tetapi karena rasa percaya dan kasihan si pemuda pertama pada sahabatnya, si pemuda pertama akhirnya memberikan semua uang yang ia punya pada sahabatnya. ‘Ambilah 25 koin emas ini, kawan. Ini harta terakhir milikku, pakailah. mohon kau mengembalikannya secepatnya jika engkau telah berhasil mendapatkan untung karena keluargaku juga membutuhkannya.’ Begitu pinta si pemuda pertama.

Si pemuda kedua pun berjanji untuk sebisa mungkin mengembalikan semua hutang-hutangnya dalam waktu dekat, karena ia tahu betapa si pemuda pertama juga membutuhkan uang untuk bertahan hidup. 

Namun malang bagi mereka, kondisi usaha si pemuda kedua terus memburuk sehingga semua harta pinjaman dari si pemuda pertama habis dan usahanya pun gulung tikar.

Saat ia kembali lagi ke rumah si pemuda pertama untuk meminjam uang, tak ia temukan rumah mewah yang dulu di tinggali sahabatnya. Yang ia temukan hanyalah seorang pengemis muda yang duduk di depan pagar seorang diri dengan pakaian compang-camping, yang tak ia dikenali wajahnya oleh si pemuda kedua karena buruk benar penampilannya. 

Namun si pengemis itu mengenalinya dan berkata padanya ‘Akhirnya kau datang juga, kawan… sudahkah kau hendak mengembalikan uang pinjaman dariku? Aku hendak memakamkan Ibu, Istri dan anak-anakku….’

Kawan-kawan sekalian…

Berbuat baik adalah hal yang mulia dan indah.
Namun selalu ingatlah bahwa selalu memberikan apa yang di minta oleh orang lain belum tentu hal yang terbaik untuknya. Karena berbagi adalah perbuatan yang baik, menolong dan berkorban juga merupakan hal yang sangat baik… tetapi mengorbankan diri sendiri untuk kebahagiaan orang lain berarti memindahkan penderitaan dari satu orang ke orang lainnya, dan hal itu belum tentu hal yang baik untuk siapapun.

Salam saling menghargai, menghormati serta adil pada sesama dan diri sendiri.