Ada sepasang pemuda yang tumbuh besar bersama. Mereka berteman sejak masih sangat muda hingga beranjak dewasa.
Yang seorang dipercaya menjalankan sebuah perkebunan kapas besar oleh
tuannya. Karena sifatnya yang teliti dan pekerja keras, pemuda pertama
menjadi kaya karena hasil jerih payahnya. Sedang pemuda kedua bekerja
sebagai seorang pandai besi yang terampil. Ia ulet dan kreatif, hasil
karya besi buatannya sangatlah menarik dan indah. Namun karena tingkat
perekonomian orang-orang di desa mereka terbatas, maka sang pemuda kedua
hanya mampu hidup seadanya dari hasil usahanya.
Suatu ketika, si pemuda kedua yang telah bertahun-tahun melihat si
pemuda pertama hidup dengan segala kelimpahannya berniat meminjam uang
pada si pemuda pertama agar ia bisa memperbesar tempat usahanya, karena
ia ingin bisa memperoleh kekayaan seperti si pemuda pertama.
Karena yang meminta adalah sahabat baiknya, sang pemuda pertama pun
meminjamkan separuh dari harta yang telah ia tabung selama ini. ‘Ambilah
separuh uangku senilai 50 koin emas ini, karena aku membutuhkan 50 koin
emas lainnya untuk keluargaku.’ Si pemuda kedua berterima kasih dan
berjanji untuk mengembalikan secepatnya 50 koin emas itu.
Setahun kemudian, ternyata usaha si pemuda kedua tidak kunjung
membaik, namun malah berbalik merugi. Ia pun datang kembali pada pemuda
pertama untuk kembali meminjam uang, berjanji akan segera mengembalikan
semua uang yang ia pinjam apabila usahanya mendatangkan hasil.
Pemuda pertama yang sangat mengasihi sahabatnya pun mengabulkan
permintaan itu, meski sesungguhnya keluarganya juga membutuhkan uang
untuk kebutuhan hidup mereka, tetapi untuk menolong dan menyenangkan
hati sahabatnya, si pemuda pertama memberikan kembali setengah harta
yang ia punya. ‘Ambilah 25 koin emas ini, karena sungguh aku membutuhkan
25 koin emas sisanya untuk bertahan hidup.’ Kembali si pemuda kedua
berjanji untuk mengembalikan semua uang sahabatnya dalam waktu singkat.
Namun keadaan tak kunjung membaik, melainkan malah berubah sangat
buruk untuk desa mereka. Kembali si pemuda kedua mendatangi pemuda
pertama untuk lagi-lagi meminjam modal untuk membiayai usahanya yang
terancam bangkrut. Keluarga si pemuda pertama menolak permintaan si
pemuda kedua karena mereka tahu bahwa kondisi keuangan si pemuda pertama
pun memburuk sementara anak dan istrinya sedang sakit dan membutuhkan
biaya. Tetapi karena rasa percaya dan kasihan si pemuda pertama pada
sahabatnya, si pemuda pertama akhirnya memberikan semua uang yang ia
punya pada sahabatnya. ‘Ambilah 25 koin emas ini, kawan. Ini harta
terakhir milikku, pakailah. mohon kau mengembalikannya secepatnya jika
engkau telah berhasil mendapatkan untung karena keluargaku juga
membutuhkannya.’ Begitu pinta si pemuda pertama.
Si pemuda kedua pun berjanji untuk sebisa mungkin mengembalikan semua
hutang-hutangnya dalam waktu dekat, karena ia tahu betapa si pemuda
pertama juga membutuhkan uang untuk bertahan hidup.
Namun malang bagi
mereka, kondisi usaha si pemuda kedua terus memburuk sehingga semua
harta pinjaman dari si pemuda pertama habis dan usahanya pun gulung
tikar.
Saat ia kembali lagi ke rumah si pemuda pertama untuk meminjam uang,
tak ia temukan rumah mewah yang dulu di tinggali sahabatnya. Yang ia
temukan hanyalah seorang pengemis muda yang duduk di depan pagar seorang
diri dengan pakaian compang-camping, yang tak ia dikenali wajahnya oleh
si pemuda kedua karena buruk benar penampilannya.
Namun si pengemis itu
mengenalinya dan berkata padanya ‘Akhirnya kau datang juga, kawan…
sudahkah kau hendak mengembalikan uang pinjaman dariku? Aku hendak
memakamkan Ibu, Istri dan anak-anakku….’
Kawan-kawan sekalian…
Berbuat baik adalah hal yang mulia dan indah.
Namun selalu ingatlah bahwa selalu memberikan apa yang di minta oleh
orang lain belum tentu hal yang terbaik untuknya. Karena berbagi adalah
perbuatan yang baik, menolong dan berkorban juga merupakan hal yang
sangat baik… tetapi mengorbankan diri sendiri untuk kebahagiaan orang
lain berarti memindahkan penderitaan dari satu orang ke orang lainnya,
dan hal itu belum tentu hal yang baik untuk siapapun.
Salam saling menghargai, menghormati serta adil pada sesama dan diri sendiri.